Sabtu, 17 Oktober 2020

Penerapan DASH Diet untuk Penderita Hipertensi di Indonesia

Hipertensi ialah kondisi dimana terjadinya peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg serta tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg. Hipertensi diperkirakan mempengaruhi sekitar 1 milliar penduduk di dunia. Menurut Riskasdes 2013, Prevalensi penyakit hipertensi secara nasional cukup tinggi yaitu 25,8% dan menduduki kategori 10 penyebab utama kematian di Indonesia dengan angka kematian sebanyak 42 ribu. 

Salah satu faktor yang menyebabkan seseorang menderita hipertensi adalah gaya hidup yang tidak sehat. WHO (2013) menyebutkan bahwa penyakit kardiovaskular (jantung, hipertensi, dan gagal jantung), kanker, penyait respiratori kronik, dan diabetes) disebabkan oleh empat faktor perilaku, yaitu penggunaan tembakau, diet yang tidak sehat, kurangnya aktivitas fisik, dan konsumsi alkohol yang merusak. Selain itu, faktor risiko terjadinya hipertensi yang berkaitan dengan gaya hidup diantaranya adalah diet, diet garam, serat, lemak jenuh, lemak trans, aktivitas fisik, dan stres.

Sebagai upaya penanganan dan pencegahan pada penderita hipertensi, terdapat manajemen hipertensi yang dapat dilakukan dengan cara non farmakologi. Cara pengobatan yang dimaksud ialah mengontrol pola makan, mengurangi asupan garam, meningkatkan konsumsi potasium dan magnesium, dan melakukan aktifitas fisik. Mengontrol pola makan sendiri dapat dilakukan dengan menerapkan metode DASH diet (dietary approaches to stop hypertension). Pengertian diet DASH adalah diet yang berfokus pada pengurangan konsumsi garam serta lemak jenuh, dan juga meningkatkan konsumsi makanan dengan kadar kalium, kalsium, magnesium, serta serat yang tinggi.

Dalam hal komposisi makronutrien, tujuan nutrisi dari pola makan DASH adalah sebagai berikut: Total lemak: 27% kalori, Lemak jenuh: 6% kalori, Protein: 18% kalori, Karbohidrat: 55% kalori, Kolesterol: 150 mg, Sodium: 2.300 mg (1.500 mg natrium lebih baik untuk menurunkan tekanan darah), Kalium: 4.700 mg, Kalsium: 1.250 mg, Magnesium: 500 mg, Serat: 30 g.

Di Indonesia sendiri penanganan hipertensi umumnya menggunakan diet rendah garam (pengaturan garam dan natriumnya saja) tanpa memperhitungkan kualitas susunan hidangan. Perbedaan dari diet rendah garam dan diet DASH sendiri dapat dilihat pada prinsip pengaturan pola makannya. Diet rendah garam pada umumnya hanya menekankan tentang pembatasan asupan natrium yang dikonsumsi oleh pasien hipertensi, sedangkan dalam diet DASH juga menganjurkan pola makan tinggi kalium, kalsium, dan magnesium pada bahan makanan.

Bahan-bahan makanan yang dimaksud seperti sayur-sayuran, buah-buahan, dan ubi-ubian yang mengandung tinggi kalium, produk olahan susu, telur, daging, ikan sebagai sumber kalsium, dan sumber magnesium yang terdapat pada sayuran hijau sebagian dari molekul klorofil.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh beberapa akademisi menunjukkan bahwa DASH diet dapat menurunkan tekanan darah sistolik dan diastolik. Hal ini dibuktikan dengan keadaan kedua pasien hipertensi yang mengaku bahwa tekanan darah keduanya berangsur-angsur menurun dan stabil setelah mengikuti diet makan harian DASH yang diedukasi oleh dokter dan ahli gizi yang menanganinya.

Penelitian lain menjelaskan bahwa terdapat DASH diet modifikasi yaitu asupan makan menggunakan pedoman DASH diet, tetapi terdapat beberapa zat gizi yang anjuran konsumsinya menggunakan Angka Kecukupan Gizi (AKG) untuk populasi Indonesia. Dalam waktu 2 bulan intervensi, modifikasi DASH diet di Indonesia dapat menurunkan tekanan darah sistolik sebesar 9,2 mm Hg dan diastolik 7,6 mm Hg. Namun, penerapan DASH diet yang dimodifikasi di Indonesia masih belum dapat diterapkan secara luas oleh masyarakat karena konsumsi buah dan susu masyarakat Indonesia masih tergolong rendah. Selain itu berdasarkan studi, suplemen K, Ca, dan Mg tidak direkomendasikan untuk mencegah hipertensi. Oleh karena itu, perlu diadakannya edukasi dan konseling mengenai pola konsumsi makan DASH diet pada masyarakat secara luas.

Dari paparan diatas dapat disimpulkan bahwa diet DASH dapat diterapkan di Indonesia dan dapat dikombinasikan dengan Diet Rendah Garam. Ada juga DASH Diet Modifikasi yang sudah disesuaikan dengan AKG untuk populasi Indonesia. Selain itu DASH diet bagus untuk diterapkan tidak hanya oleh penderita hipertensi saja, tetapi pada orang sehat yang ingin melakukan pencegahan terhadap terjadinya obesitas serta mengontrol konsentrasi lemak jenuh yang dikonsumsinya.




Daftar Rujukan

Apriana, Rita., Rohana, Nana., Simorangkir, Yohana (2017). Hubungan Penerapan Metode Dash (Dietary Approaches To Stop Hypertension) dengan Tingkat Hipertensi. Medisains: Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Kesehatan, 15(3).

Dewifianita, Rizky (2017). Pengaruh Pemberian Konseling Diet Dash (Dietary Approaches To Stop Hypertension) Terhadap Perubahan Tekanan Darah pada Penderita Hipertensi Peserta Prolanis Di Puskesmas Sentolo I Kabupaten Kulonprrogo. Naskah Publikasi: Yogyakarta: Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Yogyakarta.

Nurhumaira, S. Nadya (2014). pengaruh penerapan pola diet dash (dietary approaches to stop hypertension) terhadap tekanan darah sistolik dan diastolik pada kelompok lansia di kota semarang. Skripsi: Semarang: FK Undip.

Nurmayanti, Hafidah & Kaswari, R. T, Sutomo (2020). Efektifitas Pemberian Konseling Tentang Diet Dash Terhadap Asupan Natrium, Kalium, Kalsium, Magnesium, Aktifitas Fisik, dan Tekanan Darah Pasien Hipertensi. Jurnal Nutriture, 2(1).

Rahadiyanti, Ayu., Setianto, Y. Budi., Purba, Br. Maralena (2015). asupan makan dash-like diet untuk mencegah risiko hipertensi pada wanita prediabetes. Jurnal gizi klinik indonesia, 11(3).

Salsabila, Rana. Analisis Penerapan Dietary Approaches To Stop Hypertension (DASH) pada Penderita Hipertensi. Surakarta: FK UNS.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar