Jumat, 21 September 2018

CERITA PENDEK betema persahabatan dan perjuangan - SEBUAH PERJUANGAN




SEBUAH  PERJUANGAN
 Hi namaku Viko. Saat ini aku menempuh pendidikan di salah satu SMA negeri kota anggrek. Hari ini adalah hari yang penting bagiku, karena akan diadakan seleksi pemain tim basket yang akan ikut serta dalam kompetisi nasional yang diadakan oleh perguruan tinggi kota ini. Sebelum memulai pertandingan, aku mempunyai kebiasaan aneh yaitu suka lapar dan mengantuk, jadi kuputuskan untuk tidur dulu. Ahmad datang dan mengganggu tidurku. “Hoi.. Pelatih udah dateng tuh ayo siap siap!!”. Dengan terpaksa aku bangun dan langsung bergabung dengan lainnya untuk melakukan pemanasan. Kami berlatih dengan sungguh-sungguh dan mengikuti setiap instruksi pelatih dengan baik. Dari dua puluh pemain, hanya akan diambil sepuluh orang sebagai tim inti.
 Setelah mengikuti seleksi, dana menghampiriku dan memberi botol air mineral. Kemudian ia bertanya, “Apa kau mengikuti seleksi dengan sepenuh hati? Kau bahkan terlalu santai menghadapi seleksi ini”. Aku hanya menerima air tersebut dan menjawab sekenanya saja kemudian berlalu meninggalkan dana yang tampak kesal dengan reaksiku. Aku tahu ia bertanya demikian karena ingin menggodaku yang selalu tidur sebelum pertandingan. Setelahnya aku pulang kerumah dan beristirahat sambil berfikir pantaskah aku menjadi tim inti. Oh ya, Perlu diingat dana dan ahmad adalah sahabat baik ku.
 Dua hari kemudian coach fami mengumpulkan para pemain untuk mengumumkan siapa saja yang masuk tim inti. “Saya sudah menganalisis permainan kalian dan ada sepuluh nama yang sesuai dengan keinginan saya. Yang pertama ada Falah, Raka, Habib, Dani, Ahmad, Dayat, Riski, Dana, Fani dan terakhir Viko.” Dana berjingkrak senang mengetahui namanya masuk tim inti. “Untuk pemain inti mulai hari ini kita mulai latihan sampai dua bulan kedepan pada jam pulang sekolah. Mengerti?” “Siap mengerti, coach!!” jawabnya serempak.
 Satu bulan berlalu, kami berlatih dengan rutin. Setiap pulang sekolah kami berlatih tak kenal waktu dan lelah. Bahkan pulang kerumah sampai larut malam. Pada saat break Coach fami mengumpulkan pemain, “Kita semua tahu bahwa kita sudah berusaha keras sebulan terakhir, tapi saya ada kabar entah baik atau buruk” lanjutnya dengan ekspresi tak terbaca. “Ada berita apa coach?” tanya ahmad penasaran. “Begini, saya mendengar kabar bahwa kompetisi akan diundur sebulan lagi. Jadi kita punya waktu tambahan untuk berbenah.” Coach fami diam sejenak, kemudian ia melanjutkan “ Namun saya merasa kurang yakin dengan kompetisi kali ini, bukan saya meragukan kemampuan kalian tapi saya meragukan panitia penyelenggara kompetisinya.” Aku setuju dengan penjelasan coach fami tadi, dalam kurun waktu kurang dari satu bulan panitia belum siap dengan kompetisi yang diadakannya. “Ahmad diskusikan dulu masalah ini dengan lainnya apakah kalian mau lanjut atau batal ikut kompetisinya. Dan untuk latihan hari ini cukup disini saja.” Ucapnya lalu pergi meninggalkan tempat latihan.
 Hari demi hari terus berganti, aku dan teman-temanku merasa galau dengan kondisi yang tak menentu ini. Ahmad sebagai captain mengajak kami berunding. “Gimana kita mau lanjut apa stop disini?” ucapnya. “Masak kita stop disini sih? Kita udah berjuang sebulan terakhir dan kalian dengan gampangnya bilang stop.” Raka tak dapat menyembunyikan emosinya. “Iya setuju. Mending kita lanjutin perjuangan kita sebulan terakhir ini biar kita tahu hasil jerih payah kita. Kalo kita stop disini endingnya ga bakal seru, Nggantung!! kayak nasib kita sekarang” Timpal habib menyetujui argumen raka. “Hahaha apaan sih kamu bib. Betul tuh kata habib tadi, kalo kita stop pasti kita bakalan nyesel. Jadi mending lanjut apa apapun yang akan terjadi nantinya.” aku pun ikut berkomentar. “Gimana guys?” Tanya ahmad kepada lainnya. “Okay setuju!!” jawabnya serempak.
 “Coach kami sudah memutuskan untuk tetap lanjut dalam kompetisi ini.” Ahmad memulai pembicaraan saat kami berkumpul untuk latihan kembali. “Baiklah jika kalian tetap ikut ada tiga hal yang harus kalian ingat dan lakukan. Yang pertama kalian harus mempunyai kemampuan. Lalu punya mental tanding yang bagus, jangan sampai pada saat melihat lawan yang lebih baik kalian malah keokk duluan. Dan yang terakhir adalah keyakinan, keyakinan bahwa kalian mampu menjadi yang terbaik. Gimana setuju?” “Setuju coach!!” Kami menjawab dengan semangat yang berkobar.
 “Hoi aku tadi dapat kabar dari coach fami, kita besok bakalan uji coba sama SMA sebelah. Denger-denger nih ya katanya mereka itu juara tahun kemarin.” falah datang dengan nafas terengah-engah. “Beneran? Waduh gimana nih” Wajah riski langsung pucat mendengar kabar dari falah. “Halah B amat sama mereka. Yang penting kita tampilkan permainan terbaik kita. Aku yakin kita itu yang terbaik.” jawabku yakin lalu pergi meninggalkan mereka yang sibuk bergosip. “PD aja guys.” Dana dan dayat berlari menyusulku.
 Hari ini kami akan menjajal kekuatan tim sebelah yang katanya langganan juara itu. Setelah melaksanakan uji coba coach fami menarik kesimpulan tentang rahasia suksesnya meraih berbagai gelar kejuaraan. “Kalian sudah tahukan bagaimana strategi yang mereka gunakan untuk mengalahkan lawan? Menurut saya kalian itu sedikit diatas mereka kalo soal kemampuan” Tangannya bergerak mengetuk kepalanya. “Tapi kalo soal mental mereka jauh lebih siap.” Ucapnya dengan nada menyindir. Perasaan optimis karena pujiannya langsung berubah menjadi pesimis dan kekesalan mendengar fakta yang diucapkan coach fami dengan frontalnya. Sejak saat itu kami berjanji akan melaksanakan tiga hal pesan coach fami.
 Di akhir latihan coach fami selalu mengevaluasi perkembangan kami. “Kenapa kalian mainnya jelek sekali. Ini bahkan lebih buruk dari pada latihan pertama kalian” kekecewaan tampak jelas di wajahnya. “Maaf coach kami merasa gerogi karena kompetisi tinggal seminggu lagi” Bela ahmad. “Saya tahu kalian nervous, tapi kalo kita sampai H-3 persiapan belum mencapai 100 persen, gimana mau mendapat hasil yang diinginkan?” Aku hanya menundukkan kepala seraya mendengarkan nasihat coach fami. “Seminggu kedepan kita fokus pemantapan saja. Jika sampai hari-H belum 100 persen kita berangkat apa adanya.” Suaranya terdengar pasrah.
Pada hari kompetisi kami melewatinya dengan susah payah. Setelah melewati perjuangan panjang, tim kami terhenti di babak semi final dan akan memperebutkan juara tiga beradapan dengan SMAN 1 Mawar. Babak pertama dilalui dengan mulus. Kami unggul 10 poin dengan kedudukan 24-14. Memasuki babak selanjutnya tim mawar memberikan perlawanan sengit. Coach fami berteriak memberikan instruksi dari pinggir lapangan. “Habib.. viko.. maju kedepan” “Dayat.. fani jaga dibelakang..” instruksinya menunjuk tempat yang dimaksud. Menjelang akhir pertandingan, Raka melakukan pelanggaran dan menyebabkan tim mawar mendapat kesempatan tembakan three point. Aku berusaha menghalangi bola agar tidak masuk ring, namun tembakannya tepat sasaran bersamaan ditiupnya peluit tanda berakhirnya pertadingan. Kami kalah dengan selisih point 98-95. Aku tak percaya dengan ini semua. Mataku berkaca-kaca, perasaan sedih dan menyesal mulai menyelimutiku. Hatiku semakin sakit menyaksikan tim mawar merayakan kemenangannya. Mengapa bukan aku yang mendapatkannya? Mengapa kerja keras kami tidak mendapat ganjaran yang setimpal? Pertanyaan itu mulai berkecamuk di pikiranku. Coach fami menepuk bahuku mencoba menghiburku. “Sudah ngga usah berlarut-larut inilah yang terbaik buat kita.”
 Kamipun masuk ke ruang tunggu pemain dengan wajah tertunduk merasa malu dan menyesal karena gagal mempersembahkan juara untuk Sekolah. Aku duduk di pojok ruangan seraya mengingat kesalahan-kesalahan apa yang kami lakukan. Kepingan memori sewaktu berlatih mulai menari di otak ku. Kesalahan pertama yang muncul adalah tidak konsistennya kami dalam menjaga performa tim. Kami jarang bisa melakukan latihan dengan serius. Dan yang paling sering terjadi adalah kami jarang berlatih dengan komposisi full team. 
 Dan yaa.. Inilah akhir dari perjuangan kami. Perjuangan dan kerja keras kami selama kurang lebih 2,5 bulan. Juara yang diharapkan namun gagal didapatkan. Walaupun tak mendapat hasil yang diharapkan, kami sadar, kami telah lupa akan kebersamaan, kekompakan, dan kekeluargaan yang mulai tumbuh dan terjalin dihati kami.

THE END

Tidak ada komentar:

Posting Komentar