Sabtu, 30 Desember 2017

SERBA SERBI FULLDAY DALAM KERANGKA DEMOKRASI


  Bukan hal asing lagi kebijakan fullday school ditetapkan di indonesia dengan kriteria kriteria sebagai berikut: sekolah dengan akreditasi A , menerapkan kurikulum K13, dan mempunyai teknologi yang layak seperti wifi, cctv, vinger, laboratorium komputer, dll. Dalam pengertian fullday itu sendiri ialah sistem pendidikan yang menerapakan pembelajaran atau kegiatan belajar mengajar sehari penuh dengan mengadukan sistem pengajaran yang intensif yakni dengan menambah jam pelajaran untuk pedalaman materi pelajaran serta pengembangan diri dan kreativitas. Yang bertujuan untuk memberikan pengayaan dan pedalaman materi pelajaran, pembinaan spiritual intelegence peserta didik melalui penambahan materi materi agama dan kegiatan keaagamaan sebagai dasar dalam bersikap dan berperilaku.
Kebijakan fullday mempunyai beberapa kelebihan antara lain, guru dan orang tua dapat mengontrol perilaku siswa, Membuat siswa siswi memiliki waktu lebih banyak untuk belajar, Membuat waktu bersama lebih efisien.
Sementara itu, Kekurangan fullday antara lain kemampuan otak anak yang terbatas. Menurut psikologis jika otak anak tidak kuat saat menerima pelajaran 8 jam kwatir membuat anak jenuh dan malah lebih sulit untuk menangkap pelajatran. Sebagian sekolah masih belum memadai sarana dan prasarana. Jika fullday diterapkan mungkin sekolah yang berada di kota dapat menerapkan karena sudah memadai jadi siswa sudah tidak jenuh di sekolah namun dengan sekolah di desa yang masih sangat memprihatinkan jika siswa di paksa fullday dengan prasarana tidak memadai di khawatirkan siswa jenuh.
Dasar hukum kebijakan fullday menurut peraturan menteri no 23 tahun 2017 tentang hari sekolah mengatur kebijakan fullday school dalam 8 jam selama 5 hari.
Setelah megetahui kelebihan dan kekurangan fullday school, kami pribadi tidak setuju dengan kebijakan ini dikarenakan kebijakan fullday school seharusnya ditempuh dalam waktu 5 hari, namun disekolah kami menerapkannya dan ditempuh selama 6 hari. Pulang sekolah, mandi, makan, dan tidur. Itulah secuil aktivitas kami dirumah. Rasa lelah yang dirasakan para siswa dengan padatnya kegiatan membuat kami tidak memiliki waktu untuk belajar dan membatu orang tua dirumah. Para siswa juga dibebani dengan banyak tugas dari setiap mata pelajaran, seperti mengerjakan LKS, membuat PPT dan karangan. Kami juga menjadi anak yang kurang bersosialisasi dengan lingkungan sekitar rumah. Kurang istirahat karena padatnya aktivitas satu hari disekolah juga menjadi faktor mengapa kami tidak setuju dengan kebijakan ini. Mencari ilmu disekolah memang baik, namun sebagai anak desa yang mayoritas adalah santri kita juga tidak boleh melupakan ilmu akhirat yang kita dapatkan dari mengaji.
Saran dari kami adalah seharus nya sekolah ini jika memang menerapkan fullday yang menurut pemerintah sekolah dalam 5 hari, sekolah harus nya meliburkan siswa pada hari sabtu dan juga mengurangi beban tugas pada siswa yang dapat memberat kan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar